BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis tes bahasa
Dari segi
istilah yang dimaksud tes menurut Anne Anastasi adalah alat pengukur yang
mempunyai standart yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta
dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah
laku para individu. Sedangkan
menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang
diberikan kepada individu atau sekelompok individu untuk membandingkan
kecakapan mereka satu dengan yang lain[1].
Jadi, tes
bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian
dan evaluasi pada umumnya untuk mengetahui kemampuan bahasa tersebut. Misalnya
dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis.
Berdasarkan
kriteria bagaimana bahasa dikaji dan ditelaah maka tes dikembangkan berdasarkan
pandangan yang berbeda dalam memahami hakikat bahasa. Tes kebahasaan yang
dilakukan mungkin hanya menyangkut salah satu aspek bahasa itu sendiri, atau
mungkin langsung dikaitkan dengan pemakaian bahasa secara faktual sesuai dengan
fungsi komunikatif bahasa[2]. Dari latar belakang pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat
dikelompokkan menurut
kriteria seperti dibawah ini:
1.
Kriteria tujuan penyelenggaraan
Berdasarkan
tujuan penyelenggaraannya, tes bahasa dibedakan menjadi:
a.
Tes seleksi
Fungsi seleksi evaluasi hasil belajar
mengandung arti bahwa dengan evaluasi akan dapat ditemukan mana calon
pembelajar yang dapat diterima disekolah dan mana yang tidak dapat diterima.
Dengan seleksi ini, maka pembelajar yang diterima di sekolah tersebut
benar-benar sesuai dengan yang distandardkan. Seleksi dilakukan dengan cara
melancarkan instrumen tes dan non tes. Dari hasil seleksi dapat menentukan mana
siswa yang diterima dan mana siswa yang ditolak.[3]
b.
Tes penempatan
Tes penempatan
pada umumnya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran
bahasa, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai
dengan tingkat kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar
dalam mengikuti pengajaran bahasa, ia berada dalam kelompok yang memiliki
tingkat kemampuan yang kira-kira sama dengan tingkat kemampuannya, dengan
demikian dalam mengikuti pengajaran bahasanya, ia tidak tertinggal dari
teman-teman sekelompoknya.
Atas dasar
hasil tes penempatan, peserta pengajaran bahasa dapat terbagi atas kelompok pemula
atau dasar, kelompok menengah, dan kelompok lanjut. Tes
bahasa untuk maksud penempatan dapat berupa tes kemampuan berbahasa umum, yang
melipiti lebih dari satu jenis kemampuan berbahasa atau komponen bahasa,
seperti kemempuan menyimak dan memahami bacaan, disamping tatabahasa.
c.
Tes hasil belajar
Tes hasil
belajar diselenggarakan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh suatu
bentuk pengajaran bahasa. Hasil tes yang di ungkap melalui tes hasil belajar
dapat mengacu kepada hasil pengajaransecara keseluruhan pada akhir
penyelenggaraan atau yang lainnya. Tes hasil belajar menitikberatkan pada hasil
yang telah dicapai oleh suatu bentuk pengajaran yang memiliki kaitan erat
dengan apa yang telah diajarkan.
Dalam
pengajaran tes bahasa, tes hasil belajar dimaksutkan untuk memperoleh informasi
tenteng tingkat kemampuan berbahasa yang telah dapat dikembangkan melalui
pengajaran bahasa.
d.
Tes diagnostic
Dalam mengikuti
pengajaran, siswa sering kali menemui berbagai kesulitan dalam belajar,
kesulitan belajar itu tercermin pada penggunaan bahasa yang mengandung
kesalahan atau menyimpang dari kaidah-kaidah penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Kesulitan itu terlihat pada saat mengerjakan tes bahasa, khususnya
kesalahan yang bersifat mendasar dan ajeg.
Kesalahan-kesalahan
yang menandakan adanya kesulitan belajar bahasa seperti itu dapat diperoleh
secara sengaja dan terencana dengan menyelenggarakan tes yang disusun khusus
untuk maksud itu, tes bahasa tersebut dikenal sebagai tes diagnostic. Hasil tes
diagnostic digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran bahasa yang lebih
sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan
belajarnya.
e.
Tes uji coba
Tes uji coba
adalah tes yang diselenggarakan untuk mengetahui apakah suatu perangkat tes
bahasa yang masih dalam tahap penyusunan memiliki cirri-ciri tes yang baik
dalam artian yang luas. Melalui tes ini diharapkan dapat diperoleh sejumlah
informasi, tidak hanya tentang cirri-ciri tes yang penting seperti validitas,
reliabilitas, tingkat kesulitan dan tingkat pembeda, melainkan juga dari segi
lain seperti kesesuaian waktu, kejelasan tulisan, kejelasan petunjuk dan
lainnya.
Berdasarkan
informasi yang diperoleh, kemudian diusahakan perbaikan terhadap perangkat tes
yang sedang disusun, agar dapat diperoleh tes yang baik dan memenuhi criteria
yang dipersyaratkan. Perbaikan tersebut dapat bersifat ringan seperti perbaikan
format penulisan, redaksi butir tes, dan sebagainya.
2.
Kriteria tahapan atau waktu penyelenggaraan
a.
Tes masuk
Tes masuk
diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran bahasa dimulai,
tujuannya untuk menentukan apakah seorang calon dapat diterima sebagai peserta
program pengajaran bahasa karena memiliki jenis dan tingkat kemampuan berbahasa
yang telah dipersyaratkan.
Penyusunan tes
masuk disesuaikan dengan tujuan pokok program pengajaran bahasa yang akan
diselenggarakan, khususnya dalam hal jenis kemampuan kemampuan berbahasa yang
diutamakan. Tes bahasa sebagai tes masuk pada penyelenggaraan program
pengajaran bahasa, tidak bersifat umum dan meliputi kemampuan berbahasa pada
umumnya, melainkan bersifat khusus disesuaikan sepenuhnya dengan tujuan pokok
program pengajaran bahasa.
b.
Tes formatif
Tes formatif diselenggarakan pada saat suatu program pengajaran
bahasa sedang berlangsung, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai
jalannya pengajaran bahasa sampai pada tahap tertentu. Informasi itu diperlukan
untuk mengetahui untuk mengetahui apakah pengajaran bahasa dapat
diselenggarakan seperti yang telah direncanakan atau harus diselenggarakan
dengan perubahan dan penyesuaian.
Tes formatif menitikberatkan pada informasi untuk penyempurnaan
bagian rencana pengajaran tertentu yang
telah diselenggarakan, maka cakupan bahan tesnya pun terbatas pada
hal-hal yang telah diajarkan.
c.
Tes sumatif
Tes sumatif
diselenggarakan pada akhir prngajaran atau menjelang akhir pengajaran bahasa,
pada saat segala sesuatu yang direncanakan telah selesai dilakukan. Tujuannya
adalah untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan, khususnya dalam
hal peningkatan kemampuan berbahasa para siswa sebagai bukti nyata dari
pencapaian pengajaran.
3. Kriteria cara mengerjakan
Tes bahasa
dapat dibedakan berdasarkan cara yang digunakan peserta tes dalam
mengerjakannya. Secara umum tes bahasa dapat dikerjakan secara tertulis atau
lisan. Maka dari itu tes bahasa menurut kriteria ini dapat dibedakan menjadi:
a. Tes tertulis
Dalam tes
tertulis, baik soal maupun jawabannya dilakukan secara tertulis. Ciri dari tes
tertulis adalah tes tertulis lebih terkait dengan cara mengerjakan soal
daripada dengan cara memberikan pertayaan. Misalnya, jika jawaban peserta tes
dilakukan secara tertulis sedangkan soalnya dalam bentuk lisan itu masih tergolong
tes tertulis. Dalam pengajaran bahasa, bentuk tes tertulis dapat ditemukan pada
tes untuk berbagai jenis kemampuan berbahasa seperti menyimak, membaca atau
mengarang. Contoh:
رتب الكلمات لتوصبح جملة:
الحديقة-نشاهد-في-الشجرة
Kelebihan dari
tes tertulis ini adalah agar dalam mengerjakan soal para peserta mendapatkan
ketenangan karena tempat berlangsungnya tes dipilihkan jauh dari keramaian[4].
b. Tes lisan
Pada
penyelenggaraan tes ini baik pertanyaan dan terlebih jawaban dilakukan secara
lisan. Dalam hubungannya dengan kemampuan berbahasa, tes lisan yang lebih utama
digunakan adalah tes berbicara. biasanya dalam tes ini para siswa hanya akan
memperoleh tema kemudian disuruh untuk mengembangkan tema tersebut dengan
bahasanya sendiri secara lisan. Enyelenggaraan tes lisan memerlukan lebih
banyak kejelian pada pihak pelaksanaan tes. Kejelian itu diperlukan untuk
memperoleh hasil tes yang reliabel serta untuk memperkecil unsur subyektifitas.
4. Kriteria cara penyusunan
Dalam kriterian
ini kita dapat membedakan jenis tesantara yang satu dengan yang lain. dari
kriteria ini dapat dibedakan menjadi:
a. Tes buatan guru
Seorang guru
selain mendapat tugas untuk mengajar juga mendapat tugas untuk menyelenggarakan
tes agar dapat meningkatkan kemampuan para siswa. Tes ini disusun dan disiapkan
dengan prosedur yang seadanya saja tanpa melalui kajian yang rinci. Tes semacam
ini disusun dengan lebih banyak mengandalkan pertimbangan dan penilaian guru
sendiri. Karena itu tes ini dinamakan dengan tes buatan guru, bukan karena tes
ini dibuat oleh guru, melainkan cara penyusunanya yang dilakukan dengan tanpa
prosedur. Contohnya: pada waktu praktek olahraga pak Asis menghitung berapa
kali Ahmad melakukan push up. Dalam satu menit Ahmad mampu melakukan 50
gerakan, dengan demikian Pak Asis menilai bahwa kemajuan Ahmad memuaskan[5].
Kekurangan tes
ini adalah ada unsur subyektifitas dalam cara menilainya. Kelebihannya adalah
lebih memudahkan pengajar, karena penyusunanya tidak melalui prosedur yang
ketat.
b. Tes terstandar
Tes ini disusun
berbeda dengan tes buatan guru yang mana cara menyusunnya tidak dengan prosedur
dan tidak memakai persyaratan penyusunan tes yang baku. Tes ini dikembangkan
dengan upaya untuk sejauh mungkin mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan
secara ketat. Ciri pokok tes ini adalah tes yang akan dilakukan tersebut
terencana dan melalui prosedur. Tes yang telah disusun pada tahap ini akan
dikaji lebih dahulu berbagai aspeknya misalnya seberapa tingkat kesulitan tes
yang akan diujikan, daya beda, dsb. Sehingga bentuk tes ini memiliki mutu yang
baik yang telah teruji dan berstandar.
Kekurangan dari
tes ini adalah kerumitan prosedur penyusunannya, tes berstandar dalam
pengajaran bahasa digunakan secara terbatas, baik dalam hal jenis tes bahasanya
maupun frekuensi penggunaanya[6].
Kelebihannya adalah memudahkan peserta tes untuk menjawab soal karena soal
tersebut dibentuk melalui prosedur dan disesuaikan oleh kemampuan siswa.
5. Kriteria jumlah peserta
Dalam kriteria
jumlah peserta pada waktu penyelenggaraan ini dapat dibedakan dua tes bahasa.
Yaitu:
a. Tes perseorangan
Model dari
penyelenggaraan tes bahasa secara perseorangan yaitu setiap peserta tes
menerima tugas atau soal dari penyelenggara tes secara individual
kemudianpeserta tes dituntut untuk langsung menjawab dan mengerjakan sendiri.
Tes bahasa perseorangan diselenggarakan bukan karena hanya ada seorang peserta
tetapi karena tingkat kemampuan berbahasa tertentu hanya dapat dinilai secara
efektif bila dilakukan secara perseorangan. Tes ini lebih utama digunakan pada
mengukur keterampilan berbicara, yang mana pengukurannya membutuhkan pengamatan
secara langsung. Misalnya kita sebagai calon pengajar dapat mengukur langsung
kemampuan berbahasa peserta didik seperti pengucapan bunyi-bunyi bahasa,
tekanan suara, intonasi. Jika secara tes tulis kita dapat menilai pemilihan dan
penggunaan kosakata dan kemampuan penggunaan susunan kalimat. Contoh:
(أ)
هو يعمل فى المصنع
(ب)
ابى موظف
(ت)
اسمه احمد
(ث)
كلا الصباح ذهب ابي ليعمل
Keempat kalimat diatas dapat membentuk sebuah
alenia yang benar jika disusun dengan urutan:
a.
(أ) (ت) (ب) (ث)
b.
(ب) (ت) (ت) (أ)
c.
(ت) (ث) (ب) (أ)
Kekurangan dari
tes tertulis ini adalah waktu peyelenggaraannya memerlukan banyak waktu dan
tenaga. Dan kelebihannya adalah kemampuan yang diperoleh pengajar dari peserta
tes lebih reliabel karena dikerjakan secara individu.
b. Tes kelompok
Berbeda dengan
tes peseorangan, dalam tes ini diselenggarakan untuk sekelompok peserta tes
sekaligus. Dibandingkan dengan tes bahasa perseorangan, tes bahasa secara
kelompok memungkinkan penggunaan bahasa yang lebih sesuai dengan kenyataan.
Berbeda dengan tes perseorangan yang mana interaksinya terbatas. Interaksi
dalam tes kelompok tidak terbatas antara peserta dan penguji melainkan antar
sesama peserta tes, sehingga memungkinkan terjadinya penggunaan bahasa yang
lebih wajar.
Kekurangan dari
tes ini adalah nilai yang diperoleh oleh penguji kurang efisien karean
dilakukan secara berkelompok. Kelebihannya lebih menghemat tenaga dan waktu
karena diselenggarakan untuk sejumlah peserta sekaligus.
6.
Berdasarkan kriteria bentuk jawaban
a.
Tes Essay
Makna essay di sini adalah karangan atau karya tulis. Dalam dunia
pendidikan, tes essay ini mewajibkan siswanya untuk melakukan tugas dengan
memberikan jawaban dalam bentuk essay. Sebagai suatu essay, isi, susunan dan
panjang jawaban tidak dapat ditentukan. Semua itu tergantung pada masalah yang
ditanyakan dan terutama keinginan dan kemampuan siswa atau peserta tes
masing-masing dalam menjawabnya.[7]
Pada dasarnya tes essay ini adalah tes yang menguraiakan atau dapat
dikatakan tes uraian. Disebut essay atau uraian karena dalam tes ini menuntut
peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban
dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya berbeda satu dengan
lainnya.[8]
Tes ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Tes uraian terbatas
Dalam tes ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu
sebagai batas-batasnya. Walaupun jawaban dari peserta didik itu beraneka ragam,
tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya
sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.[9]
Contoh:
a.
Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
b.
Sebutkan lima komponen dalam pesawat computer!
2.
Tes Uraian Bebas
Dalam tes ini, peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara
dan sistematikanya sendiri. Selain itu, bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.[10]
Contoh:
a.
Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan dengan
singkat!
b.
Bagaimana peranan komputer
dalam pendidikan!
Dalam
pelaksanaannya dalam dunia pendidikan, tes ini tentunya mempunyai kelebihan dan
kelemanahan.
b.
Tes Jawaban Pendek
Dalam tes bahasa ini yakni dengan jawaban
pendek, peserta didik diwajibkan bukan memberikan jawaban dalam bentuk essay
melainkan dalam bentuk jawaban-jawaban pendek.
Dalam tes ini memerlukan kepandaian untuk
menemukan inti dari masalah yang ditanyakan dan kemampuan untuk menemukan cara
tersingkat untuk mengungkapkannya.
Dan sebagai tes bahasa, tes jawaban pendek
ini dapat diterapkan pada tes kemampuan berbahasa, seperti menyimak dan
pemahaman bacaan. Demikian pula pada tes komponen bahasa, seperti kosakata dan
tata bahasa.[11]
Jawaban pendek itu dapat berupa rangkaian
kata-kata pendek, kata-kata lepas atau bahkan sekedar huruf dan angka.
Jawaban ini diberikan atas dasar pemahaman
peserta didik terhadap masalah yang ditanyakan , yang perlu diungkapkan
sesingkat mungkin tanpa menggunakan kalimat atau ungkapan yang panjang.[12]
Bentuk dari jawaban pendek, ada 2 yaitu:
a.
Jawaban singkat (Short Answer )
Soal tes bentuk jawaban
singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk jawaban. Dengan kata lain, soal
tersebut berupa soal kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa
kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang dan lain-lain.[13]
Contoh:
1.
Siapa nama pencipta computer yang pertama ?
2.
Apa nama papanketik dala computer ?
b.
Melengkapi (Completion)
Yang dimaksud melengkapi adalah mengisi bagian yang kosong pada
sebuah wacana.[14]
Biasanya soal melengkapi ini, dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap.[15]
Contoh:
1.
Tempat sampah daur ulang dalam computer disebut…..
2.
Fungsi utama mouse
adalah untuk meletakkan……dan memilih……
Kelebihan
dan kekurangan tes ini, yakni:
-
Kelebihan:
a.
Relatif mudah disusun
b.
Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik
c.
Menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara
singkat dan jelas.
d.
Pemerikasaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan obyektif.
-
Kekurangan:
1.
Hanya mengandalkan kemampuan mengingat.
2.
Para peserta didik sering terkecoh jikalau titik-titik kosong yang
harus diisi terlalu banyak.
3.
Dibutuhkan waktu yang banyak dalam memeriksa lembar jawaban.[16]
c.
Tes Pilihan
Pada tes ini, peserta didik tidak menjawab pertanyaan dengan essay,
paragraph, kalimat, huruf atau angka. Jawaban terhadap tes ini semata-mata
untuk memilih salah satu alternative jawaban yang telah disediakan. Pilihan itu
dinyatakan secara sangat sederhana biasanya dengan sekedar member tanda dalam
bentuk tanda silang, lingkaran kecil, tanda cawing, atau tanda-tanda sejenis
lainnya.
Pada tes pilihan yang baik, alternatif jawaban yang harus dipilih dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga masing-masing alternatif seolah-olah merupakan
jawaban yang benar. Alternatif yang merupakan jawaban yang benar itu sering
disebut jawaban kunci, sedangkan alternative-alternatif yang lainnya disebut
jawaban pengecoh. Tujuan dari jawaban pengecoh ini, semata-mata untuk membuat
peserta tes berpikir sungguh-sungguh sebelum menentukan pilihannya, agar tidak
terkecoh oleh alternstif jawaban yang salah.[17]
Tes pilihan ini, ada beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tes pilihan
ini, dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Tes pilihan ganda (Multiple Choice)[18]
Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks
dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Soal tes bentuk ini terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan
dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan yang belum sempurna,
yang sering disebut stem.
Sedangkan pilihan jawaban dapat berupa perkataan, bilangan atau kalimat
yang sering disebut option.
Adapun kemamampuan yang
dapat diukur dari bentuk tes ini, antara lain:
a.
Istilah
b.
Fakta
c.
Prinsip
d.
Metode
e.
Prosedur
f.
Mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip
g.
Menafsirkan hubungan sebab-akibat
h.
Menilai metode dan prosedur.
Bentuk tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun
kelebihannya, yakni:
1.
Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan obyektif.
2.
Kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi.
3.
Dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam
berbagai jenjang kemampuan kognitif.
4.
Dapat digunakan berulang-ulang.
5.
Sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak.
Selain
kelebihan, tes ini juga mempunyai kekurangan, kekurangan itu, yaitu:
1.
Tidak dapat digunakan untuk kemampuan verbal dan pemecahan masalah.
2.
Membutuhkan waktu lama dalam penyusunan soal yang benar-benar baik.
3.
Sukar menentukan alternative jawaban yang benar-benar homogeny,
logis.[19]
2.
Tes pilihan benar salah
Bentuk tes ini adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan
jawaban, yakni benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan
pilihannya mengenai pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta
dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsinya yakni untuk mengukuir
kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Agar
soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknysa
homogeny dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Dalam penyusunan bentuk soal ini tidak hanya menggunakan kalimat
pertanyaan atau pernyataan, tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:
1.
Mudah disusun dan dilaksanakan
2.
Dapat mencakup materi yang lebih luas
3.
Dapat dinilai dengan cepat dan obyektif
4.
Banyak digunakan untuk mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
Adapun
kekurangannya:
1.
Ada kecenderungan untuk mencawab coba-coba.
2.
Memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang rendah.
3.
Sering terjadi kekaburan, karena itu sukar untuk menyusun item yang
benar-benar jelas.
4.
Terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.
5.
Mudahnya jawaban ditebak tanpa diketahui oleh korektor.
3.
Tes menjodohkan [20]
Bentuk tes ini terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda yaitu, kolol sebelah kiri
menunjukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan
jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah persoalan.
Bentuk soal ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
mengidentifikasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Contoh:
Petunjuk: Jodohkanlah
pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B. Isikanlah
jawaban guru pada titik-titik yang telah disediakan.
Bagian A
a.
Nilai tengah …..
b.
Nilai rata-rata …..
c.
Nilai yang paling banyak muncul …..
d.
Menggambarkan keadaan …..
e.
Menyimpulkan …..
Bagian
B
a.
Deskriptif
b.
Kuartil
c.
Inferensial
d.
Median
e.
Mean
f.
Modus
Tes ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:
a.
Relatif mudah disusun
b.
Penskorannya mudah, obyektif dan cepat
c.
Dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan
akibatnya
d.
Materi tes cukup luas
Adapun
kelemahannya:
a.
Adanya kecenderungan untuk meningkatkan ingatan saja
b.
Kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat tafsiran.
7.
Berdasarkan kriteria cara penilaian
a.
Tes Subyektif
Tes ini dikatakan tes subyektif, apabila penilaian terhadap
jawabannya dipengaruhi oleh kesan dan pendapat pribadi si penilai. Jawaban
terhadap tes ini biasanya berupa ungkapan-ungkapan bebas dalam bentuk kalimat,
paragraph atau uraian lengkapa termasuk
karangan atau essay.
Dalam tes ini , digunakan dalam penilaian terhadap hal-hal yang
memerlukan penguraian pikiran, yang tidak semata-mata bersifat hafalan, atau
bsekedar penyebutan hal-hal yang terpisah-pisah.[21]
Dalam pengajaran bahasa, tes ini sesuai untuk digunakan pada
pengajaran mengarang, dalam bentuk tes mengarang, atau dalam pengajaran membaca
pemahaman, dalam bentuk tes kemampuan membaca.
Unsur penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya adalah
cara penilaian yang dapat mengurangi kadar subyektif itu, dan meningkatkan
keterandalannya. Usaha itu dapat dilakukan, misalnya dengan cara melakukan
penilaian lebih dari sekali, menugaskan lebih dari satu orang penilai, atau
melengkapi penilai dengan rambu-rambu penilaian yang terinci dan sebagainya.[22]
b.
Tes Obyektif
Tes obyektif adalah tes yang penilaiannya dapat dilakukan secara
obyektif, dengan meniadakan unsure subyekvitas penilai, atau setidak-tidaknya
menekan sampai tingkat terendah.
Sifat itu mengacu kepada cara penilaian yang dapat dilakukan secara
ajeg, dengan hasil yang sama, tidak berubah-ubah meskipun seandainya penilaian
itu dilakukan berulang-ulang atau dilakukan oleh penilai yang berbeda.[23]
Salah satu ciri dari tes obtektif yakni harus dikembangkan dan
disusun sedemikian rupa, sehingga jawaban yang benar terhadap butir-butir
soalnya dapat dipastikan sebelumnya dan dijadikan satu dalam bentuk kunci
jawaban. Kunci jawaban ini digunakan sebagai patokan dan pegangan mengikat.
Jawaban peserta dianggap benar bilamana jawaban peserta tes sesuai dengan kunci
jawaban yang ada. Namun, dalam soal pilihan ganda, yang merupakan salah satu
bentuk tes obyektif yakni kunci jawaban itu berupa daftar nomor soal dan huruf
yang menandakan pilihan yang benar. Pemeriksaan jawaban tes obyektif semacam
itu menjadi amat mudah dan praktis dan dapat dilakukan oleh siapa saja bahkan
oleh mesin sekalipun.
Adapun kelebihan tes ini, yakni:
1.
Praktis cara menegerjakannya, seperti sekedar memberi tanda pada
tes pilihan ganda.
2.
Mudah dalam malakukan pembijian atau penilaian, dengan sekedar
mencocokkan huruf.
3.
Cara mengerjakan yang cepat dan tidak banyak memerlukan waktu.
4.
Memberi peluang yang luas untuk mencakup bahan tes yang luas pula.
Dalam
pengajaran bahasa, tes ini digunakan untuk tes kemampuan berbahasa, seperti tes
menyimak atau membaca, maupun tes komponen bahasa seperti tes kosakata dan tes
tata bahasa.[24]
8.
Berdasarkan kriteria acuan penilaian
a.
Tes Bahasa Acuan Norma
Pada penyelenggaraan tes acuan bahasa acuan norma, interpretasi
terhadap hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai akhir, dilakukan
atas dasar tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta tes yang
bersangkutan. Tingkat pencapaian rata-rata itulah yang dianggap sebagai norma
bagi kelompok tersebut, yaitu tingkat pencapaian yang mencerminkan tingkat
pencapaian kebanyakan peserta tes.
Hasil tes ini sepenuhnya terkait dengan kelompok yang bersangkutan
dan tidak sendirinya berlaku atau dapat dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada tes tata bahasa dalam kelompok,
tidaklah dengan sendirinya berarti memiliki kemampuan tata bahasa yang tinggi
pula bila dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Jadi, tes bahasa acuan norma adalah tes bahasa yang dikembangkan
dan diinterpretasikan hasilnya atas dasar-dasar pertimbangan.[25]
b.
Tes Bahasa Acuan Patokan
Pada tes ini, penentuan
nilai akhir tidak dikaitkan dengan tingkat pencapaian peserta-peserta lain yang
mengerjakan tes bahasa yang sama. Nilai akhir pada tes bahasa ini didasarkan
atas pencapaian tingkat kemampuan berbahasa terendah, yang masih diterima
sebagai tingkat kemampuan berbahasa yang memadai.
9.
Berdasarkan kriteria aspek bahasa
a.
Tes Bakat Bahasa
Tes bakat bahasa dimaksudkan untuk mengetahui bakat dan kemampuan
yang secara potensial dimiliki seseorang untuk mempelajari bahasa.
Tes ini biasanya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program
pengajaran bahasa, untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kemampuan dasar
untuk belajar bahasa dan oleh karena itu layak diikutsertakandalam program
pengajaran bahasa yang direncanakan.[26]
b.
Tes Kemampuan Berbahasa
Dengan tes kemampuan berbahasa dapat diperoleh informasi tentang
tingkat kemampuan menggunakan bahasa pada suatu tahap tertentu.
Informasi yang diperoleh melalui tes kemampuan berbahasa itu
semata-mata mengenai tingkat kemampuan berbahasa senyatanya saat itu tanpa
menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Penyusunan tes bahasa ini tidak dikaitkan dengan suatu program
pengajaran bahasa tertentu, melainkan dengan kemampuan berbahasa pada umumnya.[27]
c.
Tes komponen Bahasa
Dalam kajian kebahasaan dengan pendekatan structural, bahasa
dipandang sebagai sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang dapat
dipisah-pisahkan dan dibedakan satu
komponen dari komponen yang lain. Komponen-komponen itu terutama meliputi
bunyi-bunyi bahasa, kosakata dan tatabahasa.
Dalam pendekatan struktural, mengajarkan bahasa berarti mengajarkan
penguasaan terhadap komponen-komponennya. Demikian pula dalam penyelenggaraan
tes bahasa . Sejalan dengan itu, maka atas dasar komponen bahasa yang tingkat
penguasaannya akan diukur, dikenal adanya tes bunyi bahasa, tes kosa kata dan
tes tata bahasa.
10.
Berdasarkan kriteria pandangan terhadap bahasa
a.
Tes Bahasa Diskret
Tes bahasa diskret adalah tes yang disusun berdasarkan pendekatan
diskret dalam linguistik, khususnya linguistik struktural seperti yang
diuraikan sebelumnya. Tes diskret dimaksudkan untuk menilai penggunaan satu
bagian dari kemampuan dan komponen bahasa tertentu. Dalam praktek pengajaran
bahasa sehari-hari jarang ditemukan tes ini, karena validitas masih
dipersoalkan dan juga nilai kepraktisan. Contoh tes diskret berdasarkan
pendapat Djiwandono (Dian Nuzulia, 2011) meliputi tes membedakan satu bunyi
bahasa dari bunyi bahasa yang lain, melafalkan bunyi bahasa tertentu dan
menyebutkan lawan kata dari kata tertentu.
b.
Tabel
Contoh Tes Bunyi Bahasa
Sasaran
Tes
|
Tugas
|
Butir
Tes
|
Kunci
Jawaban
|
Bunyi
Bahasa
|
Tuliskan
konsonan cara pengucapannya dengan alat ucap saling bersentuhan yang terdapat
pada pelafalan kata-kata berikut
|
baikpin
minum
|
/b//p/
/m/
|
Kosakata
|
Tulislah
lawan kata dari kata-kata berikut
|
riuhmenulis
hidup
|
sunyimembaca
mati
|
Tata
Bahasa
|
Tulislah
kata baku dari kata-kata berikut
|
nopemberapotik
ijin
|
novemberapotek
izin
|
c.
Tes Bahasa Integratif
Tes
bahasa integratif adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya dituntut
penguasaan terhadap bukan satu melainkan gabungan dari dua atau lebih unsur
kemampuan atau komponen bahasa. Tes bahasa ini yang menjadi dasar penggabungan
dari unsur yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Tes bahasa integratif
berdasarkan pendapat Djiwandono (Dian Nuzulia, 2011) sebagai berikut.
Tabel
Contoh Tes Bahasa Integratif
Sasaran
Tes
|
Tugas
|
Butir
Tes
|
Kunci
Jawaban
|
Kosakata
|
Tuliskan
sinonim dari kata yang digarisbawahi
|
1.
Bapak
Kamto,silakan masuk.
2.
Guru datang menemui bapak saya.
3.
Lampunya hidup
|
1.
Tuan
2.
Ayah
3.
Menyala
|
Tata
Bahasa
|
Tuliskan
jenis kalimat dari kalimat-kalimat berikut ini
|
1.
Nelayan mencari ikan.
2.
Nelayan mencari ikan dan petani menanam padi.
3.
Sopir itu menyalakan lampu mobilnya ketika hari menjadi gelap.
|
1.
Tunggal
2.
majemuk
3.
majemuk
bertingkat
|
d.
Tes Pragmatik
Tes bahasa pragmatik adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya
dituntut penggunaan kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan
penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan
bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan lain-lain) serta kemampuan ekstra
linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang isi dan pokok
bahasan wacana).
e. Tes Komunikatif
Tes yang
dimaksud untuk memberi tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan
kemampuan bahasa tertentu, termasuk kemampuan komunikatif, tes komunikatif
perlu dikembangkan dengan kaitan yang jelas dengan konteks nyata. Canale dan
Swain (1980) menyatakan bahwa kompetensi
komunikatif mencakup (1) kompetensi gramatikal (grammatical competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang
kaidah-kaidah gramatika bahasanya; (2)
kompetensi sosiolinguistik (sociolinguistic
competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang kaidah-kaidah
penggunaan dan kaidah-kaidah wacana
dalam bahasanya; serta (3) kompetensi strategis (strategic competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang
strategi-strategi komunikasi verbal dan nonverbal dalam bahasanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tes bahasa dapat dibedakan
ke dalam berbagai jenis atas dasar sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria
tersebut yakni:
1.
Berdasarkan tujuan penyelenggaraan
a.
Tes seleksi
b.
Tes penempatan
c.
Tes hasil belajar
d.
Tes diagnostic
e.
Tes uji coba
2.
Berdasarkan tahapan atau waktu penyelenggaraan
a.
Tes masuk
b.
Tes formatif
c.
Tes sumatif
3.
Berdasarkan cara mengerjakan
a.
Tes tertulis
b.
Tes lisan
4.
Berdasarkan cara penyusunan
a.
Tes buatan guru
b.
Tes terstandar
5.
Berdasarkan jumlah peserta
a.
Tes perseorangan
b.
Tes kelompok
6.
Berdasarkan bentuk jawaban
c.
Tes Essay
d.
Tes Jawaban Pendek
e.
Tes Pilihan
7.
Berdasarkan kriteria cara penilaian
c.
Tes Subyektif
d.
Tes Obyektif
8.
Berdasarkan kriteria acuan penilaian
c.
Tes Bahasa Acuan Norma
d.
Tes Bahasa Acuan Patokan
9.
Berdasarkan kriteria aspek bahasa
d.
Tes Bakat Bahasa
e.
Tes Kemampuan Berbahasa
f.
Tes komponen Bahasa
10.
Berdasarkan kriteria pandangan terhadap bahasa
f.
Tes Bahasa Diskret
g.
Tes Bahasa Integratif
h.
Tes Pragmatik
i.
Tes Komunikatif
DAFTAR PUSTAKA
Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Raja Prees Djiwandono, Soenardji.
1996. Tes Bahasa Dalam Pengajaran. Bandung:
ITB
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasin Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Cangelosi,
James. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB
[1]
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan
(Jakarta: Raja Prees, 2009), h. 65
[19] Ibid.,
h.143
0 komentar:
Posting Komentar