Jumat, 05 April 2013

jenis-jenis tes bahasa





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis-jenis tes bahasa
Dari segi istilah yang dimaksud tes menurut Anne Anastasi adalah alat pengukur yang mempunyai standart yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku para individu. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu untuk membandingkan kecakapan mereka satu dengan yang lain[1].
Jadi, tes bahasa adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya untuk mengetahui kemampuan bahasa tersebut. Misalnya dengan melakukan pengukuran terhadap kemampuan bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Berdasarkan kriteria bagaimana bahasa dikaji dan ditelaah maka tes dikembangkan berdasarkan pandangan yang berbeda dalam memahami hakikat bahasa. Tes kebahasaan yang dilakukan mungkin hanya menyangkut salah satu aspek bahasa itu sendiri, atau mungkin langsung dikaitkan dengan pemakaian bahasa secara faktual sesuai dengan fungsi komunikatif bahasa[2]. Dari latar belakang pendekatan bahasa, jenis tes bahasa dapat dikelompokkan menurut kriteria seperti dibawah ini:
1.    Kriteria tujuan penyelenggaraan
Berdasarkan tujuan penyelenggaraannya, tes bahasa dibedakan menjadi:
a.         Tes seleksi
Fungsi seleksi evaluasi hasil belajar mengandung arti bahwa dengan evaluasi akan dapat ditemukan mana calon pembelajar yang dapat diterima disekolah dan mana yang tidak dapat diterima. Dengan seleksi ini, maka pembelajar yang diterima di sekolah tersebut benar-benar sesuai dengan yang distandardkan. Seleksi dilakukan dengan cara melancarkan instrumen tes dan non tes. Dari hasil seleksi dapat menentukan mana siswa yang diterima dan mana siswa yang ditolak.[3]
b.         Tes penempatan
Tes penempatan pada umumnya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran bahasa, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa yang dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar dalam mengikuti pengajaran bahasa, ia berada dalam kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang kira-kira sama dengan tingkat kemampuannya, dengan demikian dalam mengikuti pengajaran bahasanya, ia tidak tertinggal dari teman-teman sekelompoknya.
Atas dasar hasil tes penempatan, peserta pengajaran bahasa dapat terbagi atas kelompok pemula atau dasar, kelompok menengah, dan kelompok lanjut. Tes bahasa untuk maksud penempatan dapat berupa tes kemampuan berbahasa umum, yang melipiti lebih dari satu jenis kemampuan berbahasa atau komponen bahasa, seperti kemempuan menyimak dan memahami bacaan, disamping tatabahasa.
c.         Tes hasil belajar
Tes hasil belajar diselenggarakan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh suatu bentuk pengajaran bahasa. Hasil tes yang di ungkap melalui tes hasil belajar dapat mengacu kepada hasil pengajaransecara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau yang lainnya. Tes hasil belajar menitikberatkan pada hasil yang telah dicapai oleh suatu bentuk pengajaran yang memiliki kaitan erat dengan apa yang telah diajarkan.
Dalam pengajaran tes bahasa, tes hasil belajar dimaksutkan untuk memperoleh informasi tenteng tingkat kemampuan berbahasa yang telah dapat dikembangkan melalui pengajaran bahasa.
d.        Tes diagnostic
Dalam mengikuti pengajaran, siswa sering kali menemui berbagai kesulitan dalam belajar, kesulitan belajar itu tercermin pada penggunaan bahasa yang mengandung kesalahan atau menyimpang dari kaidah-kaidah penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kesulitan itu terlihat pada saat mengerjakan tes bahasa, khususnya kesalahan yang bersifat mendasar dan ajeg.
Kesalahan-kesalahan yang menandakan adanya kesulitan belajar bahasa seperti itu dapat diperoleh secara sengaja dan terencana dengan menyelenggarakan tes yang disusun khusus untuk maksud itu, tes bahasa tersebut dikenal sebagai tes diagnostic. Hasil tes diagnostic digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran bahasa yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya, termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya.
e.         Tes uji coba
Tes uji coba adalah tes yang diselenggarakan untuk mengetahui apakah suatu perangkat tes bahasa yang masih dalam tahap penyusunan memiliki cirri-ciri tes yang baik dalam artian yang luas. Melalui tes ini diharapkan dapat diperoleh sejumlah informasi, tidak hanya tentang cirri-ciri tes yang penting seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan dan tingkat pembeda, melainkan juga dari segi lain seperti kesesuaian waktu, kejelasan tulisan, kejelasan petunjuk dan lainnya.
            Berdasarkan informasi yang diperoleh, kemudian diusahakan perbaikan terhadap perangkat tes yang sedang disusun, agar dapat diperoleh tes yang baik dan memenuhi criteria yang dipersyaratkan. Perbaikan tersebut dapat bersifat ringan seperti perbaikan format penulisan, redaksi butir tes, dan sebagainya.
2.      Kriteria tahapan atau waktu penyelenggaraan
a.       Tes masuk
Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran bahasa dimulai, tujuannya untuk menentukan apakah seorang calon dapat diterima sebagai peserta program pengajaran bahasa karena memiliki jenis dan tingkat kemampuan berbahasa yang telah dipersyaratkan.
            Penyusunan tes masuk disesuaikan dengan tujuan pokok program pengajaran bahasa yang akan diselenggarakan, khususnya dalam hal jenis kemampuan kemampuan berbahasa yang diutamakan. Tes bahasa sebagai tes masuk pada penyelenggaraan program pengajaran bahasa, tidak bersifat umum dan meliputi kemampuan berbahasa pada umumnya, melainkan bersifat khusus disesuaikan sepenuhnya dengan tujuan pokok program pengajaran bahasa.
b.      Tes formatif
Tes formatif diselenggarakan pada saat suatu program pengajaran bahasa sedang berlangsung, dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai jalannya pengajaran bahasa sampai pada tahap tertentu. Informasi itu diperlukan untuk mengetahui untuk mengetahui apakah pengajaran bahasa dapat diselenggarakan seperti yang telah direncanakan atau harus diselenggarakan dengan perubahan dan penyesuaian.
Tes formatif menitikberatkan pada informasi untuk penyempurnaan bagian rencana pengajaran tertentu yang  telah diselenggarakan, maka cakupan bahan tesnya pun terbatas pada hal-hal yang telah diajarkan.
c.       Tes sumatif
Tes sumatif diselenggarakan pada akhir prngajaran atau menjelang akhir pengajaran bahasa, pada saat segala sesuatu yang direncanakan telah selesai dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan, khususnya dalam hal peningkatan kemampuan berbahasa para siswa sebagai bukti nyata dari pencapaian pengajaran.
3.      Kriteria cara mengerjakan
Tes bahasa dapat dibedakan berdasarkan cara yang digunakan peserta tes dalam mengerjakannya. Secara umum tes bahasa dapat dikerjakan secara tertulis atau lisan. Maka dari itu tes bahasa menurut kriteria ini dapat dibedakan menjadi:
a.       Tes tertulis
Dalam tes tertulis, baik soal maupun jawabannya dilakukan secara tertulis. Ciri dari tes tertulis adalah tes tertulis lebih terkait dengan cara mengerjakan soal daripada dengan cara memberikan pertayaan. Misalnya, jika jawaban peserta tes dilakukan secara tertulis sedangkan soalnya dalam bentuk lisan itu masih tergolong tes tertulis. Dalam pengajaran bahasa, bentuk tes tertulis dapat ditemukan pada tes untuk berbagai jenis kemampuan berbahasa seperti menyimak, membaca atau mengarang. Contoh:
رتب الكلمات لتوصبح جملة:
الحديقة-نشاهد-في-الشجرة
Kelebihan dari tes tertulis ini adalah agar dalam mengerjakan soal para peserta mendapatkan ketenangan karena tempat berlangsungnya tes dipilihkan jauh dari keramaian[4].
b.      Tes lisan
Pada penyelenggaraan tes ini baik pertanyaan dan terlebih jawaban dilakukan secara lisan. Dalam hubungannya dengan kemampuan berbahasa, tes lisan yang lebih utama digunakan adalah tes berbicara. biasanya dalam tes ini para siswa hanya akan memperoleh tema kemudian disuruh untuk mengembangkan tema tersebut dengan bahasanya sendiri secara lisan. Enyelenggaraan tes lisan memerlukan lebih banyak kejelian pada pihak pelaksanaan tes. Kejelian itu diperlukan untuk memperoleh hasil tes yang reliabel serta untuk memperkecil unsur subyektifitas.
4.    Kriteria cara penyusunan
Dalam kriterian ini kita dapat membedakan jenis tesantara yang satu dengan yang lain. dari kriteria ini dapat dibedakan menjadi:
a.       Tes buatan guru
Seorang guru selain mendapat tugas untuk mengajar juga mendapat tugas untuk menyelenggarakan tes agar dapat meningkatkan kemampuan para siswa. Tes ini disusun dan disiapkan dengan prosedur yang seadanya saja tanpa melalui kajian yang rinci. Tes semacam ini disusun dengan lebih banyak mengandalkan pertimbangan dan penilaian guru sendiri. Karena itu tes ini dinamakan dengan tes buatan guru, bukan karena tes ini dibuat oleh guru, melainkan cara penyusunanya yang dilakukan dengan tanpa prosedur. Contohnya: pada waktu praktek olahraga pak Asis menghitung berapa kali Ahmad melakukan push up. Dalam satu menit Ahmad mampu melakukan 50 gerakan, dengan demikian Pak Asis menilai bahwa kemajuan Ahmad memuaskan[5].
Kekurangan tes ini adalah ada unsur subyektifitas dalam cara menilainya. Kelebihannya adalah lebih memudahkan pengajar, karena penyusunanya tidak melalui prosedur yang ketat.
b.      Tes terstandar
Tes ini disusun berbeda dengan tes buatan guru yang mana cara menyusunnya tidak dengan prosedur dan tidak memakai persyaratan penyusunan tes yang baku. Tes ini dikembangkan dengan upaya untuk sejauh mungkin mengikuti prosedur dan memenuhi persyaratan secara ketat. Ciri pokok tes ini adalah tes yang akan dilakukan tersebut terencana dan melalui prosedur. Tes yang telah disusun pada tahap ini akan dikaji lebih dahulu berbagai aspeknya misalnya seberapa tingkat kesulitan tes yang akan diujikan, daya beda, dsb. Sehingga bentuk tes ini memiliki mutu yang baik yang telah teruji dan berstandar.
Kekurangan dari tes ini adalah kerumitan prosedur penyusunannya, tes berstandar dalam pengajaran bahasa digunakan secara terbatas, baik dalam hal jenis tes bahasanya maupun frekuensi penggunaanya[6]. Kelebihannya adalah memudahkan peserta tes untuk menjawab soal karena soal tersebut dibentuk melalui prosedur dan disesuaikan oleh kemampuan siswa.
5.    Kriteria jumlah peserta
Dalam kriteria jumlah peserta pada waktu penyelenggaraan ini dapat dibedakan dua tes bahasa. Yaitu:
a.       Tes perseorangan
Model dari penyelenggaraan tes bahasa secara perseorangan yaitu setiap peserta tes menerima tugas atau soal dari penyelenggara tes secara individual kemudianpeserta tes dituntut untuk langsung menjawab dan mengerjakan sendiri. Tes bahasa perseorangan diselenggarakan bukan karena hanya ada seorang peserta tetapi karena tingkat kemampuan berbahasa tertentu hanya dapat dinilai secara efektif bila dilakukan secara perseorangan. Tes ini lebih utama digunakan pada mengukur keterampilan berbicara, yang mana pengukurannya membutuhkan pengamatan secara langsung. Misalnya kita sebagai calon pengajar dapat mengukur langsung kemampuan berbahasa peserta didik seperti pengucapan bunyi-bunyi bahasa, tekanan suara, intonasi. Jika secara tes tulis kita dapat menilai pemilihan dan penggunaan kosakata dan kemampuan penggunaan susunan kalimat. Contoh:
(أ‌)        هو يعمل فى المصنع
(ب‌)    ابى موظف
(ت‌)    اسمه احمد
(ث‌)    كلا الصباح ذهب ابي ليعمل
Keempat kalimat diatas dapat membentuk sebuah alenia yang benar jika disusun dengan urutan:
a.         (أ) (ت) (ب) (ث)
b.        (ب) (ت) (ت) (أ)
c.         (ت) (ث) (ب) (أ)
Kekurangan dari tes tertulis ini adalah waktu peyelenggaraannya memerlukan banyak waktu dan tenaga. Dan kelebihannya adalah kemampuan yang diperoleh pengajar dari peserta tes lebih reliabel karena dikerjakan secara individu.
b.      Tes kelompok
Berbeda dengan tes peseorangan, dalam tes ini diselenggarakan untuk sekelompok peserta tes sekaligus. Dibandingkan dengan tes bahasa perseorangan, tes bahasa secara kelompok memungkinkan penggunaan bahasa yang lebih sesuai dengan kenyataan. Berbeda dengan tes perseorangan yang mana interaksinya terbatas. Interaksi dalam tes kelompok tidak terbatas antara peserta dan penguji melainkan antar sesama peserta tes, sehingga memungkinkan terjadinya penggunaan bahasa yang lebih wajar.
Kekurangan dari tes ini adalah nilai yang diperoleh oleh penguji kurang efisien karean dilakukan secara berkelompok. Kelebihannya lebih menghemat tenaga dan waktu karena diselenggarakan untuk sejumlah peserta sekaligus.
6.      Berdasarkan kriteria bentuk jawaban
a.       Tes Essay
Makna essay di sini adalah karangan atau karya tulis. Dalam dunia pendidikan, tes essay ini mewajibkan siswanya untuk melakukan tugas dengan memberikan jawaban dalam bentuk essay. Sebagai suatu essay, isi, susunan dan panjang jawaban tidak dapat ditentukan. Semua itu tergantung pada masalah yang ditanyakan dan terutama keinginan dan kemampuan siswa atau peserta tes masing-masing dalam menjawabnya.[7]
Pada dasarnya tes essay ini adalah tes yang menguraiakan atau dapat dikatakan tes uraian. Disebut essay atau uraian karena dalam tes ini menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya berbeda satu dengan lainnya.[8]
Tes ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Tes uraian terbatas
Dalam tes ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun jawaban dari peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.[9]
Contoh:
a.       Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!
b.      Sebutkan lima komponen dalam pesawat computer!
2.      Tes Uraian Bebas
Dalam tes ini, peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematikanya sendiri. Selain itu, bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.[10]
Contoh:
a.       Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan dengan singkat!
b.       Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
Dalam pelaksanaannya dalam dunia pendidikan, tes ini tentunya mempunyai kelebihan dan kelemanahan.
b.      Tes Jawaban Pendek
       Dalam tes bahasa ini yakni dengan jawaban pendek, peserta didik diwajibkan bukan memberikan jawaban dalam bentuk essay melainkan dalam bentuk jawaban-jawaban pendek.
      Dalam tes ini memerlukan kepandaian untuk menemukan inti dari masalah yang ditanyakan dan kemampuan untuk menemukan cara tersingkat untuk mengungkapkannya.
      Dan sebagai tes bahasa, tes jawaban pendek ini dapat diterapkan pada tes kemampuan berbahasa, seperti menyimak dan pemahaman bacaan. Demikian pula pada tes komponen bahasa, seperti kosakata dan tata bahasa.[11]
      Jawaban pendek itu dapat berupa rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas atau bahkan sekedar huruf dan angka.
      Jawaban ini diberikan atas dasar pemahaman peserta didik terhadap masalah yang ditanyakan , yang perlu diungkapkan sesingkat mungkin tanpa menggunakan kalimat atau ungkapan yang panjang.[12]
      Bentuk dari jawaban pendek, ada 2 yaitu:
a.       Jawaban singkat (Short Answer )
Soal  tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk jawaban. Dengan kata lain, soal tersebut berupa soal kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat, berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang dan lain-lain.[13]
Contoh:
1.    Siapa nama pencipta computer yang pertama ?
2.    Apa nama papanketik dala computer ?
b.      Melengkapi (Completion)
Yang dimaksud melengkapi adalah mengisi bagian yang kosong pada sebuah wacana.[14] Biasanya soal melengkapi ini, dikemukakan dalam kalimat yang tidak lengkap.[15]
Contoh:
1.      Tempat sampah daur ulang dalam computer disebut…..
2.      Fungsi utama  mouse adalah untuk meletakkan……dan memilih……
Kelebihan dan kekurangan tes ini, yakni:
-          Kelebihan:
a.       Relatif mudah disusun
b.      Sangat baik untuk menilai kemampuan peserta didik
c.       Menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas.
d.      Pemerikasaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan obyektif.
-          Kekurangan:
1.      Hanya mengandalkan kemampuan mengingat.
2.      Para peserta didik sering terkecoh jikalau titik-titik kosong yang harus diisi terlalu banyak.
3.      Dibutuhkan waktu yang banyak dalam memeriksa lembar jawaban.[16]
c.         Tes Pilihan
Pada tes ini, peserta didik tidak menjawab pertanyaan dengan essay, paragraph, kalimat, huruf atau angka. Jawaban terhadap tes ini semata-mata untuk memilih salah satu alternative jawaban yang telah disediakan. Pilihan itu dinyatakan secara sangat sederhana biasanya dengan sekedar member tanda dalam bentuk tanda silang, lingkaran kecil, tanda cawing, atau tanda-tanda sejenis lainnya.
Pada tes pilihan yang baik, alternatif  jawaban yang harus dipilih dirumuskan sedemikian rupa, sehingga masing-masing alternatif seolah-olah merupakan jawaban yang benar. Alternatif yang merupakan jawaban yang benar itu sering disebut jawaban kunci, sedangkan alternative-alternatif yang lainnya disebut jawaban pengecoh. Tujuan dari jawaban pengecoh ini, semata-mata untuk membuat peserta tes berpikir sungguh-sungguh sebelum menentukan pilihannya, agar tidak terkecoh oleh alternstif jawaban yang salah.[17]
Tes pilihan ini, ada beberapa bentuk. Bentuk-bentuk tes pilihan ini, dibagi menjadi 3, yaitu:
1.      Tes pilihan ganda (Multiple Choice)[18]
Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Soal tes bentuk ini terdiri atas pembawa pokok persoalan dan  pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan yang belum sempurna, yang sering disebut stem.  Sedangkan pilihan jawaban dapat berupa perkataan, bilangan atau kalimat yang sering disebut  option.
 Adapun kemamampuan yang dapat diukur dari bentuk tes ini, antara lain:
a.       Istilah
b.      Fakta
c.       Prinsip
d.      Metode
e.       Prosedur
f.       Mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip
g.      Menafsirkan hubungan sebab-akibat
h.      Menilai metode dan prosedur.
Bentuk tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya, yakni:
1.      Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan obyektif.
2.    Kemungkinan peserta didik menjawab dengan terkaan dapat dikurangi.
3.    Dapat digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam berbagai jenjang kemampuan kognitif.
4.    Dapat digunakan berulang-ulang.
5.    Sangat cocok untuk jumlah peserta tes yang banyak.
Selain kelebihan, tes ini juga mempunyai kekurangan, kekurangan itu, yaitu:
1.      Tidak dapat digunakan untuk kemampuan verbal dan pemecahan masalah.
2.      Membutuhkan waktu lama dalam penyusunan soal yang benar-benar baik.
3.      Sukar menentukan alternative jawaban yang benar-benar homogeny, logis.[19]
2.      Tes pilihan benar salah
Bentuk tes ini adalah pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban, yakni benar atau salah. Peserta didik diminta untuk menentukan pilihannya mengenai pernyataan-pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk mengerjakan soal. Salah satu fungsinya yakni untuk mengukuir kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi yang ditanyakan hendaknysa homogeny dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana. Dalam penyusunan bentuk soal ini tidak hanya menggunakan kalimat pertanyaan atau pernyataan, tetapi juga dalam bentuk gambar, tabel dan diagram.
Tes ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:
1.      Mudah disusun dan dilaksanakan
2.      Dapat mencakup materi yang lebih luas
3.      Dapat dinilai dengan cepat dan obyektif
4.      Banyak digunakan untuk mengukur fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
Adapun kekurangannya:
1.        Ada kecenderungan untuk mencawab coba-coba.
2.        Memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang rendah.
3.        Sering terjadi kekaburan, karena itu sukar untuk menyusun item yang benar-benar jelas.
4.        Terbatas mengukur aspek pengetahuan saja.
5.        Mudahnya jawaban ditebak tanpa diketahui oleh korektor.
3.      Tes menjodohkan [20]
Bentuk tes ini terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda yaitu, kolol sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah persoalan. Bentuk soal ini sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal.
Contoh:
Petunjuk:  Jodohkanlah pernyataan pada bagian A dengan jawaban yang tepat pada bagian B. Isikanlah jawaban guru pada titik-titik yang telah disediakan.
Bagian A
a.       Nilai tengah                                          …..
b.      Nilai rata-rata                                        …..
c.       Nilai yang paling banyak muncul         …..
d.      Menggambarkan keadaan                     …..
e.       Menyimpulkan                                      …..

Bagian B
a.       Deskriptif
b.      Kuartil
c.       Inferensial
d.      Median
e.       Mean
f.       Modus

Tes ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya:
a.       Relatif mudah disusun
b.      Penskorannya mudah, obyektif dan cepat
c.       Dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan akibatnya
d.      Materi tes cukup luas
Adapun kelemahannya:
a.       Adanya kecenderungan untuk meningkatkan ingatan saja
b.      Kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat tafsiran.
7.      Berdasarkan kriteria cara penilaian
a.       Tes Subyektif
Tes ini dikatakan tes subyektif, apabila penilaian terhadap jawabannya dipengaruhi oleh kesan dan pendapat pribadi si penilai. Jawaban terhadap tes ini biasanya berupa ungkapan-ungkapan bebas dalam bentuk kalimat, paragraph atau uraian  lengkapa termasuk karangan atau essay.
Dalam tes ini , digunakan dalam penilaian terhadap hal-hal yang memerlukan penguraian pikiran, yang tidak semata-mata bersifat hafalan, atau bsekedar penyebutan hal-hal yang terpisah-pisah.[21]
Dalam pengajaran bahasa, tes ini sesuai untuk digunakan pada pengajaran mengarang, dalam bentuk tes mengarang, atau dalam pengajaran membaca pemahaman, dalam bentuk tes kemampuan membaca.
Unsur penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya adalah cara penilaian yang dapat mengurangi kadar subyektif itu, dan meningkatkan keterandalannya. Usaha itu dapat dilakukan, misalnya dengan cara melakukan penilaian lebih dari sekali, menugaskan lebih dari satu orang penilai, atau melengkapi penilai dengan rambu-rambu penilaian yang terinci dan sebagainya.[22]
b.      Tes Obyektif
Tes obyektif adalah tes yang penilaiannya dapat dilakukan secara obyektif, dengan meniadakan unsure subyekvitas penilai, atau setidak-tidaknya menekan sampai tingkat terendah.
Sifat itu mengacu kepada cara penilaian yang dapat dilakukan secara ajeg, dengan hasil yang sama, tidak berubah-ubah meskipun seandainya penilaian itu dilakukan berulang-ulang atau dilakukan oleh penilai yang berbeda.[23]
Salah satu ciri dari tes obtektif yakni harus dikembangkan dan disusun sedemikian rupa, sehingga jawaban yang benar terhadap butir-butir soalnya dapat dipastikan sebelumnya dan dijadikan satu dalam bentuk kunci jawaban. Kunci jawaban ini digunakan sebagai patokan dan pegangan mengikat. Jawaban peserta dianggap benar bilamana jawaban peserta tes sesuai dengan kunci jawaban yang ada. Namun, dalam soal pilihan ganda, yang merupakan salah satu bentuk tes obyektif yakni kunci jawaban itu berupa daftar nomor soal dan huruf yang menandakan pilihan yang benar. Pemeriksaan jawaban tes obyektif semacam itu menjadi amat mudah dan praktis dan dapat dilakukan oleh siapa saja bahkan oleh mesin sekalipun.
Adapun kelebihan tes ini, yakni:
1.      Praktis cara menegerjakannya, seperti sekedar memberi tanda pada tes pilihan ganda.
2.      Mudah dalam malakukan pembijian atau penilaian, dengan sekedar mencocokkan huruf.
3.      Cara mengerjakan yang cepat dan tidak banyak memerlukan waktu.
4.      Memberi peluang yang luas untuk mencakup bahan tes yang luas pula.
Dalam pengajaran bahasa, tes ini digunakan untuk tes kemampuan berbahasa, seperti tes menyimak atau membaca, maupun tes komponen bahasa seperti tes kosakata dan tes tata bahasa.[24]
8.      Berdasarkan kriteria acuan penilaian
a.       Tes Bahasa Acuan Norma
Pada penyelenggaraan tes acuan bahasa acuan norma, interpretasi terhadap hasil tes untuk mengubah nilai mentah menjadi nilai akhir, dilakukan atas dasar tingkat pencapaian rata-rata suatu kelompok peserta tes yang bersangkutan. Tingkat pencapaian rata-rata itulah yang dianggap sebagai norma bagi kelompok tersebut, yaitu tingkat pencapaian yang mencerminkan tingkat pencapaian kebanyakan peserta tes.
Hasil tes ini sepenuhnya terkait dengan kelompok yang bersangkutan dan tidak sendirinya berlaku atau dapat dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Seseorang yang memiliki nilai tinggi pada tes tata bahasa dalam kelompok, tidaklah dengan sendirinya berarti memiliki kemampuan tata bahasa yang tinggi pula bila dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Jadi, tes bahasa acuan norma adalah tes bahasa yang dikembangkan dan diinterpretasikan hasilnya atas dasar-dasar pertimbangan.[25]
b.      Tes Bahasa Acuan Patokan
Pada tes  ini, penentuan nilai akhir tidak dikaitkan dengan tingkat pencapaian peserta-peserta lain yang mengerjakan tes bahasa yang sama. Nilai akhir pada tes bahasa ini didasarkan atas pencapaian tingkat kemampuan berbahasa terendah, yang masih diterima sebagai tingkat kemampuan berbahasa yang memadai.
9.      Berdasarkan kriteria aspek bahasa
a.       Tes Bakat Bahasa
Tes bakat bahasa dimaksudkan untuk mengetahui bakat dan kemampuan yang secara potensial dimiliki seseorang untuk mempelajari bahasa.
Tes ini biasanya diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran bahasa, untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kemampuan dasar untuk belajar bahasa dan oleh karena itu layak diikutsertakandalam program pengajaran bahasa yang direncanakan.[26]
b.      Tes Kemampuan Berbahasa
Dengan tes kemampuan berbahasa dapat diperoleh informasi tentang tingkat kemampuan menggunakan bahasa pada suatu tahap tertentu.
Informasi yang diperoleh melalui tes kemampuan berbahasa itu semata-mata mengenai tingkat kemampuan berbahasa senyatanya saat itu tanpa menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Penyusunan tes bahasa ini tidak dikaitkan dengan suatu program pengajaran bahasa tertentu, melainkan dengan kemampuan berbahasa pada umumnya.[27]
c.       Tes komponen Bahasa
Dalam kajian kebahasaan dengan pendekatan structural, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang terdiri dari komponen-komponen yang dapat dipisah-pisahkan dan dibedakan  satu komponen dari komponen yang lain. Komponen-komponen itu terutama meliputi bunyi-bunyi bahasa, kosakata dan tatabahasa.
Dalam pendekatan struktural, mengajarkan bahasa berarti mengajarkan penguasaan terhadap komponen-komponennya. Demikian pula dalam penyelenggaraan tes bahasa . Sejalan dengan itu, maka atas dasar komponen bahasa yang tingkat penguasaannya akan diukur, dikenal adanya tes bunyi bahasa, tes kosa kata dan tes tata bahasa. 
10.  Berdasarkan kriteria pandangan terhadap bahasa
a.       Tes Bahasa Diskret
Tes bahasa diskret adalah tes yang disusun berdasarkan pendekatan diskret dalam linguistik, khususnya linguistik struktural seperti yang diuraikan sebelumnya. Tes diskret dimaksudkan untuk menilai penggunaan satu bagian dari kemampuan dan komponen bahasa tertentu. Dalam praktek pengajaran bahasa sehari-hari jarang ditemukan tes ini, karena validitas masih dipersoalkan dan juga nilai kepraktisan. Contoh tes diskret berdasarkan pendapat Djiwandono (Dian Nuzulia, 2011) meliputi tes membedakan satu bunyi bahasa dari bunyi bahasa yang lain, melafalkan bunyi bahasa tertentu dan menyebutkan lawan kata dari kata tertentu.
b.      Tabel Contoh Tes Bunyi Bahasa
Sasaran Tes
Tugas
Butir Tes
Kunci Jawaban
Bunyi Bahasa
Tuliskan konsonan cara pengucapannya dengan alat ucap saling bersentuhan yang terdapat pada pelafalan kata-kata berikut
baikpin 
minum
/b//p/ 
/m/
Kosakata
Tulislah lawan kata dari kata-kata berikut
riuhmenulis 
hidup
sunyimembaca 
mati
Tata Bahasa
Tulislah kata baku dari kata-kata berikut
nopemberapotik 
ijin
novemberapotek 
izin

c.       Tes Bahasa Integratif
Tes bahasa integratif adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya dituntut penguasaan terhadap bukan satu melainkan gabungan dari dua atau lebih unsur kemampuan atau komponen bahasa. Tes bahasa ini yang menjadi dasar penggabungan dari unsur yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Tes bahasa integratif berdasarkan pendapat Djiwandono (Dian Nuzulia, 2011) sebagai berikut.


Tabel Contoh Tes Bahasa Integratif
Sasaran Tes
Tugas
Butir Tes
Kunci Jawaban
Kosakata
Tuliskan sinonim dari kata yang digarisbawahi
1.      Bapak Kamto,silakan masuk.
2.      Guru datang menemui bapak saya.
3.      Lampunya hidup
1.      Tuan
2.      Ayah
3.      Menyala
Tata Bahasa
Tuliskan jenis kalimat dari kalimat-kalimat berikut ini
1.      Nelayan mencari ikan.
2.      Nelayan mencari ikan dan petani menanam padi.
3.      Sopir itu menyalakan lampu mobilnya ketika hari menjadi gelap.
1.      Tunggal
2.      majemuk 
3.      majemuk
bertingkat

d.      Tes Pragmatik
Tes bahasa pragmatik adalah tes bahasa yang untuk mengerjakannya dituntut penggunaan kemampuan pragmatik, yaitu pemahaman wacana berdasarkan penguasaan terhadap unsur-unsur kemampuan linguistik (dalam bentuk penguasaan bunyi bahasa, tata bahasa, kosakata dan lain-lain) serta kemampuan ekstra linguistik (dalam bentuk pengetahuan tentang latar belakang isi dan pokok bahasan wacana).
e.       Tes Komunikatif
Tes yang dimaksud untuk memberi tugas kepada peserta tes melakukan kegiatan dengan kemampuan bahasa tertentu, termasuk kemampuan komunikatif, tes komunikatif perlu dikembangkan dengan kaitan yang jelas dengan konteks nyata. Canale dan Swain  (1980) menyatakan bahwa kompetensi komunikatif mencakup (1) kompetensi gramatikal (grammatical competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang kaidah-kaidah gramatika bahasanya;  (2) kompetensi sosiolinguistik (sociolinguistic competence),  yaitu  pengetahuan seseorang tentang kaidah-kaidah penggunaan dan kaidah-kaidah wacana  dalam bahasanya; serta (3) kompetensi strategis (strategic competence), yaitu pengetahuan seseorang tentang strategi-strategi komunikasi verbal dan nonverbal dalam bahasanya.

















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tes bahasa dapat dibedakan  ke dalam berbagai jenis atas dasar sejumlah kriteria. Kriteria-kriteria tersebut yakni:
1.      Berdasarkan tujuan penyelenggaraan
a.       Tes seleksi
b.      Tes penempatan
c.       Tes hasil belajar
d.      Tes diagnostic
e.       Tes uji coba
2.      Berdasarkan tahapan atau waktu penyelenggaraan
a.       Tes masuk
b.      Tes formatif
c.       Tes sumatif
3.      Berdasarkan cara mengerjakan
a.       Tes tertulis
b.      Tes lisan
4.      Berdasarkan cara penyusunan
a.       Tes buatan guru
b.      Tes terstandar
5.      Berdasarkan jumlah peserta
a.       Tes perseorangan
b.      Tes kelompok
6.      Berdasarkan bentuk jawaban
c.       Tes Essay
d.      Tes Jawaban Pendek
e.       Tes Pilihan
7.      Berdasarkan kriteria cara penilaian
c.       Tes Subyektif
d.      Tes Obyektif
8.      Berdasarkan kriteria acuan penilaian
c.       Tes Bahasa Acuan Norma
d.      Tes Bahasa Acuan Patokan
9.      Berdasarkan kriteria aspek bahasa
d.      Tes Bakat Bahasa
e.       Tes Kemampuan Berbahasa
f.       Tes komponen Bahasa
10.  Berdasarkan kriteria pandangan terhadap bahasa
f.       Tes Bahasa Diskret
g.      Tes Bahasa Integratif
h.      Tes Pragmatik
i.        Tes Komunikatif


















DAFTAR PUSTAKA
Sudjiono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Prees Djiwandono, Soenardji. 1996. Tes Bahasa Dalam Pengajaran. Bandung:  
ITB
Arifin, Zainal. 2009.  Evaluasin Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

 Cangelosi, James. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB





[1] Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Prees, 2009), h. 65
[2] M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Dalam Pengajaran (Bandung: ITB, 1996), h.16
[3] Ali Imron, Belajar dan Pembelajaran, (Malang: Pustaka Jaya, 1996), h.134
[4] Op. Cit., Anas Sudijono. h.151
[5] James Cangelosi, Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa, (Bandung: ITB, 1995), h.22
[6] Op. Cit., M. Soenardi Djiwandono, h.24
[7]Op. Cit.,  Soenardi Djiwandono, h. 25.
[8] Zainal Arifin, Evaluasin Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h. 125.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Op. Cit., Soenardi  Djiwandono, h. 26.
[12] Ibid.
[13] Op. Cit., Zainal Arifin, h. 145.
[14] Op. Cit., Soenardi Djiwandono, h. 26.
[15]Op. Cit.,  Zainal Arifin, h. 146.
[16] Ibid.
[17] Op. Cit., Soenardi Djiwandono, h. 26.
[18] Op. Cit. Zainal Arifin, h. 138.
[19] Ibid., h.143
[20] Ibid., h. 144.
[21]Op. Cit., Soenardji Djiwandono, h. 28.
[22] Ibid.
[23] Ibid.
[24] Ibid. h. 29.
[25] Ibid. h. 30.
[26] Ibid. h. 33.
[27] Ibid


















0 komentar:

Posting Komentar

 

My Korean World Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting