BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian wacana
Dalam praktek berbahasa ternyata
kalimat bukanlah satuan sintaksis terbesar seperti banyak orang menduganya
selama ini. kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih
besar yang disebut wacana. Bukti bahwa kalimat bukan satuan terbesar dalam
sintaksis banyak kita jumpai kalimat yang jika kita pisahkan dari
kalimat-kalimat yang ada disekitarnya maka kalimat itu menjadi satuan yang
tidak mandiri. Tidak dapat dipahami apabila kalimat tersebut berdiri sendiri.
Analisa wacana yang dalam bahasa
inggris disebut text linguistics adalah analisa yang menentukan
hubungan-hubungan yang terdapat antara kalimat-kalimat utuh dalam suatu teks
yang utuh[1].
Banyak berbagai devinisi dari
wacana, menurut Abdul Chaer wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga
dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar[2]. Sebagai
satuan bahasa yang lengkap maka dalam wacana terdapat konsep, gagasan, pikiran,
ide yang utuh yang bisa dipahami oleh pembaca. Menurut Tarigan (dalam
Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi
atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi
tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
Lebih lanjut, Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang
koheren[3].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan wacana adalah satuan bahasa terbesar yang disajikan secara
teratur sehingga dapat membentuk suatu makna yang dapat dipahami.
B.
Alat wacana
Wacana yang baik adalah apabila
wacana tersebut kohesif dan koheren. Untuk dapat membuat sebuah wacana yang
baik dapat digunakan alat wacana. Alat dalam wacana dapat dibedakan menjadi
gramatikal dan semantik. Berikut ini penjelasannya:
Alat-alat gramatikal yang dapat
digunakan untuk membuat sebuah wacana, sebagai berikut[4]:
1.
Konjungsi,
yakni alat untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan antara
paragraf-paragraf.
2.
Menggunakan
kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu.
3.
Menggunakan
elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat pada kalimat
yang lain. dengan elipsis maka wacana tersebut akan menjadi lebih efektif.
Sedangkan alat-alat semantik yang
bisa digunakan untuk membuat sebuah wacana yang kohesif dan koheren sebagai
berikut:
1.
Menggunakan
hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana
tersebut.
2.
Menggunakan
hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat dalam satu wacana.
3.
Menggunakan
hubungan sebab-akibat.
4.
Menggunakan
hubungan tujuan didalam isi sebuah wacana.
5.
Menggunakan
hubungan rujukan yang sama pada bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu
wacana.
C.
Jenis wacana
Terdapat berbagai jenis wacana
menurut sudut pandang masing-masing dari mana wacana itu dilihat. Dilihat dari
penyampaian isinya maka wacana dibagi menjadi 4, yaitu[5]:
1. Wacana narasi
Narasi adalah karangan cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu
kejadian atau peristiwa. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah
kejadian, tokoh, konfik, alur, serta latar yang terdiri atas latar waktu,
tempat, dan suasana.
2.
Wacana Deskripsi
Deskripsi adalah
karangan yang menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan,
dan pengalaman penulisnya.Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis
merinci objek dengan kesan dan fakta.Dilihat dari sifat objeknya. Wacana ini
bersifat menceritakan suatu topik atau hal.
3.
Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara
terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan
pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar,
simposium, atau penataran.wacana ini bersifat
memaparkan suatu topik atau suatu hal.
4.
Wacana argumentasi
wacana argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Wacana ini bersifat memberi argumen atau alasan terhadap suatu hal.
wacana argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang. Wacana ini bersifat memberi argumen atau alasan terhadap suatu hal.
Jika dilihat dari
fungsi bahasa maka jenis wacana dapat dibagi menjadi[6]:
1. Wacana ekspresif, yaitu apabila
wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana
ekspresif, seperti wacana pidato.
2. Wacana fatis, yaitu apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk
memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan.
3. Wacana informasional, yaitu apabila wacana itu bersumber pada pesan atau
informasi, seperti wacana berita dalam media massa.
4. Wacana estetik, yaitu apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan
keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
5. Wacana direktif, yaitu apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau
reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
D. Ciri-ciri wacana
Terdapat banyak ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut:
1.
Satuan gramatikal
2.
Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
3.
Untaian kalimat-kalimat.
4.
Memiliki hubungan proposisi
5.
Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
6.
Memiliki hubungan koherensi
7.
Memiliki hubungan kohesi
8.
Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa
komunikasi
9.
Bisa transaksional juga interaksional
10. Medium bisa lisan maupun tulis
11. Sesuai dengan konteks
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai
berikut[7]
- Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
- Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
- Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
- Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
- Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
[1] Verhaar, Pengentar
Linguistik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1995), 104
[2] Abdul Chaer, Linguistik
Umum, (Jakarta: Rineka cipta,2003), h.267
[3] Syamsuddin A.R, Studi Wacana: Teori-Analisis Pengajaran,( Bandung: FPBS IKIP Bandung, 1992), h.5
[4] Op. Cit,. h.
269
[5] Op. Cit. Abdul
Chaer, h.272
[7] Op.Cit., Syamsyudin,
h. 5
0 komentar:
Posting Komentar