A. Pengertian Kode
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kode adalah kata benda atau tanda
yang berupa kata, tulisan, sandi, dan sebagainya yang disepakati mengandung
maksud-maksud tertentu. Kumpulan prinsip yang sistematis. Norma dan asas yang
diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan sikap dan tingkah laku[1].
Dalam kajian sosiolinguistik, khususnya pada pembahasan alih kode dan
camour kode istilah kode dipakai untuk menyebut varian dalam hirarki
kebahasaan. Sehingga selain kode yang mengacu kepada bahasa, (misalnya bahasa
Inggris, Belanda, Indonesia, Jepang), kode juga mengacu kepada variasi bahasa seperti
varian regional (bahasa Jawa dialek Banyuwas, Jogja-Solo, Surabaya), juga
varian kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek (bahasa Jawa halus dan
kasar), varian ragam dan gaya dirangkum dalam laras bahasa (gaya sopan, gaya
hormat, atau gaya santai), dan varian kegunaan atau register (bahasa pidato,
bahasa doa, dan bahasa lawak)[2].
Jadi, yang dimaksud kode dalam kajian sosiolinguistik adalah suatu asas
yang dijadikan landasan tertentu yang menunjukkan bahwa hierarki kebahasaan
dimulai dari bahasa pada level paling atas kemudian disusul dengan kode yang
terdiri atas varian, ragam, gaya, dan register.
B.
Pengertian Alih Kode dan Faktor Penyebabnya
Appel mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakaian bahasa
karena berubahnya situasi yang terjadi antar bahasa. Berbeda dengan Appelyang
mengatakan alih kode itu terjadi antarbahasa, maka Hymes menyatakan alih kode
itu bukan terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragan
atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa[3].
Nababan berasumsi konsep alih kode ini mencakup juga kejadian di mana kita
beralih dari satu ragam fungsiolek ke ragam lain atau dari satu dialek ke
dialek yang lain[4].
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa alih kode adalah gejala
peralihan pemakaian bahasa dari ragam satu ke ragam lain atau dari dialek satu
ke dialek lain karena berubahnya situasi. sebagaimana kita bisa mencotohkan
peralihan yang terjadi dalam bahasa daerah ke bahasa Indonesia atau sebaliknya.
Dari contoh tersebut dapat kita tarik garis lurus, bahwa alih kode merupakan
peralihan kode bahasa dalam satu peristiwa komunikasi verbal.
C.
Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode
Kalau kita menlusuri penyebab terjadinya alih kode itu, maka harus kita
kembalikan kepada pokok persoalan sosiolinguistik seperti yang dikemukakan
Fishman yaitu “siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan
dengan tujuan apa”. Dalam berbagai kepustakaan linguistik secara umum penyebab
alih kode itu disebutkan antara lain adalah[5]:
1. Pembicara atau penutur
Seorang penutur atau pembicara terkadang menggunakan alih kode terhadap
pendengar atau lawan bicaranya. Ini dilakukan agar si penutur tersebut
mendapatkan keuntungan dari tindakannya. Misalnya, dengan berbahasa daerah rasa
keakraban lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa indonesia.
2. Lawan bicara atau lawan tutur
Lawan bicara atau lawan tutur ini dapat menyebabkan terjadinya alih kode,
misalnya karena si penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan
tutur. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur agak kurang
karena memang mungkin bukan bahasa pertamnaya. Kalau si lawan tutur itu
berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi
hanya berupa peralihan varian (baik regional maupun sosial). Kalau si lawan
tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan sipenutur maka yang
terjadi adalah alih bahasa.
3. Perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga
Kehadiran orang ketiga atau orang lain yang tidak berlatar belakang bahasa
yang sama dengan orang pertama dan kedua dapat menyebabkan terjadinya alih
kode. Alih kode ini dilakukan oleh orang pertama dan kedua agar orang ketiga
yang tiba-tiba datang bisa mengikuti alur pembicaraan.
4. Perubahan dari formal ke informal
Perubahan situasi bicara dapat menyebabkan terjadinya alih kode. Misalnya
pada waktu mata pelajaran akan dimulai situasinya adalah tidak formal dan kita
menggunakan bahasa yang tidak formal juga, kemudian saat bapak dosen datang
maka situasinya akan beralih menjadi formal, maka terjadilah peralihan kode.
Tadinya yang digunakan bahsa Indonesia ragan santai lalu berubah menjadi
digunakan bahasa indonesia ragam formal.
5. Perubahan topik pembicaraan
Berubahnya topik pembicaraan disini juga mempengaruhi terjadinya alih kode.
Alih kode juga dapat ditentukan dari topik pembicaraan. Misalnya jika topik
pembicaraan tersebut mengarah pada hal yang formal, misalnya pada rapat dinas
maka menggunakan bahasa formal. Akan tetapi jika topik pembicaraannya sudah
mengarah pada hal pribadi maka akan menngunakan ragam tidak formal.
[2] Henncyber, Sosiolinguistik, Alih Kode dan Campur Kode”, artikel
diakses pada Tanggal 2 Oktober 2009 dari
http://anaksastra.blogspot.com/2009/02/alih-kode-dan-campur-kode.html
0 komentar:
Posting Komentar